قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “اَلتَّاجِرُ الصَّدُوْقُ يُـحْشَرُ يَوْمَ القِيَامَةِ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ. وَمَا ذَاكَ إِلاَّ لِأَجْلِ مَا يَلْقَاهُ مِنْ مُجَاهَدَةِ نَفْسِهِ وَهَوَاهُ وَقَهْرِهِمَا عَلَى إِجْرَاءِ اْلعُقُوْدِ عَلَى مَا أَمَرَ اللهُ وَإِلاَّ فَلَا يَخْفَى مَا تَوَعَّدَ اللهُ بِهِ مَنْ تَعَدَّى اْلحُدُوْدَ
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam telah bersabda:
اَلتَّاجِرُ الصَّدُوْقُ يُـحْشَرُ يَوْمَ القِيَامَةِ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Seorang pedagang yang jujur akan dikumpulkan di hari kiamat bersama para nabi, para wali dengan derajat tinggi dan orang-orang yang mati syahid”
Keutamaan ini diperolehnya tidak lain karena ia menghadapi kesulitan ketika melawan nafsu dan memaksanya untuk menjalankan berbagai macam transaksi sesuai jalur syar’i dan jika tidak maka tidaklah samar ancaman Allâh terhadap orang yang melampaui batas”.
Pedagang yang jujur Yaitu pedagang yang mengindahkan hukum Allah dalam perdagangannya, sehingga ia menjauhi perbuatan khianat, menipu, mengelabui dan semacamnya yang diharamkan oleh Allah.
Pedagang yang jujur diangkat derajatnya oleh Allah ta’ala dan diberi kemuliaan yang berupa dikumpulkan di hari kiamat bersama para nabi, para wali yang berpangkat ash shiddiq, yaitu derajat sangat tinggi dan orang-orang yang mati syahid. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam telah bersabda:
اَلتَّاجِرُ الصَّدُوْقُ يُـحْشَرُ يَوْمَ القِيَامَةِ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
“Seorang pedagang yang jujur akan dikumpulkan di hari kiamat bersama para nabi, para wali dengan derajat tinggi dan orang-orang yang mati syahid” (Hadits diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan dinilai shahih oleh beliau).
Kemuliaan ini tidaklah didapatkan oleh semua orang, tetapi hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya seperti pedagang yang jujur.
Ancaman Allah bagi orang yang melampaui batasan-batasan agama dengan Tidak menjalankan sesuai aturan syara’ dalam jual beli-nya adalah siksa yang pedih.
Apa itu Ijarah, Qiradl, Rahn, Wakalah, Wadi’ah, ‘Ariyah, Syarikah dan Musaqah?
ثُمَّ إنَّ بَقِيَّةَ العُقُودِ، مِنَ الْإَجارَةِ والقِرَاضِ والرَّهْنِ وَاْلوَكالَةِ والوَدِيْعَةِ وَاْلعَارِيَّةِ والشَّرِكَةِ والمُسَاقَاةِ وغَيْرِها، كَذٰلك لاَ بُدَّ مِنْ مُراعاةِ شُرُوطِها وأرركانِها
“Kemudian transaksi-transaksi lainnya seperti sewa menyewa (Ijarah), bagi hasil (Qiradl), pegadaian (Rahn), berwakil (Wakalah), menitipkan barang (Wadi’ah), meminjamkan barang (‘Ariyah), berkongsi (Syarikah), mengairi tanaman (Musa-qah), juga wajib dipenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya”.
Transaksi-transaksi selain jual beli juga memiliki rukun-rukun dan syarat-syarat yang harus diindahkan dan dipelajari hukum-hukumnya bagi orang yang hendak terjun melaksanakannya agar transaksi yang dilakukannya sah dan terhidar dari memakan harta orang lain secara batil. Allah ta’ala berfirman:
وَلاَتَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِاْلبَاطِلِ
1. Ijarah adalah:
تَـمْلِيْكُ مَنْفَعَةٍ مُبَاحَةٍ بِعِوَضٍ مَعَ بَقَاءِ العَيْنِ عَلَى وَجْهٍ خَاصٍّ
“Mempermilikkan manfaat yang diperbolehkan dengan imbalan disertai tetapnya bendanya dengan cara tertentu”.
2. Qiradl adalah:
تَفْوِيْضُ الشَّخْصِ وَإِذْنُهُ لِشَخْصٍ أَنْ يَعْمَلَ فِي مَالِهِ فِي نَوْعٍ أَوْ أَنْوَاعٍ مِنَ التِّجَارَةِ عَلَى أَنْ يَكُوْنَ الرِّبْحُ مُشْتَرَكًا
“Penyerahan seseorang dan perizinannya kepada orang lain untuk memutar hartanya dalam satu atau beberapa macam perdagangan dengan ketentuan keuntungannya dibagi antara mereka”.
3. Rahn adalah:
جَعْلُ عَيْنٍ مَالِيَّةٍ وَثِيْقَةً بِدَيْنٍ يُسْتَوْفَى مِنْهَا الدَّيْنُ عِنْدَ تَعَذُّرِ الوَفَاءِ
“Menjadikan benda yang bernilai harta sebagai jaminan sebuah hutang, di mana hutang akan dilunasi darinya ketika tidak mampu melunasi”.
4. Wakalah adalah:
تَفْوِيْضُ شَخْصٍ إِلَى غَيْرِهِ تَصَرُّفًا عَلَى وَجْهٍ خَاصٍّ لِيَفْعَلَهُ حَالَ حَيَاتِهِ
“Penyerahan seseorang kepada selainnya tindakan tertentu dengan cara tertentu untuk dilakukannya di masa hidupnya”.
5. Wadi’ah adalah:
مَا يُوْضَعُ عِنْدَ غَيْرِ مَالِكِهِ لِـحِفْظِهِ
“Apa yang diletakkan pada selain pemiliknya untuk dijaganya”.
6. ‘Ariyah adalah:
إِبَاحَةُ الانْتِفَاعِ بِشَىْءٍ مَـجَّانًا مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ
“Memperbolehkan memanfaatkan sesuatu secara cuma-cuma disertai tetapnya bendanya”.
7. Syarikah adalah:
عَقْدٌ يَتَضَمَّنُ ثُبُوْتَ الْـحَقِّ فِي شَىْءٍ لاثْنَيْنِ فَأَكْثَرَ عَلَى جِهَةِ الشُّيُوْعِ
“Transaksi yang mengandung tetapnya hak dalam sesuatu untuk dua orang atau lebih secara bersama (tidak dipisah-pisah)”.
8. Musaqah adalah:
مُعَامَلَةُ شَخْصٍ عَلَى شَجَرٍ لِيَتَعَهَّدَهُ بِنَحْوِ سَقْيٍ عَلَى أَنْ تَكُوْنَ الثَّمَرَةُ بَيْنَهُمَا
“Kesepakatan dengan seseorang terhadap pohon-pohon untuk dirawat dengan diairi misalnya dengan ketentuan buahnya dibagi antara mereka”.