Agama Menurut Islam – Penjelasan Ringkas

Agama Menurut Islam

Agama Menurut Islam

Agama adalah seperangkat aturan yang jika dikuti akan menjamin keselamatan hidup hamba di dunia dan akhirat. Agama yang benar pada prinsipnya adalah Wadl’ Ilahi; aturan yang dibuat oleh Allah. Karena Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah, pemilik dunia dan akhirat maka Allah-lah yang tahu betul hal-hal yang membawa kemaslahatan kehidupan di dunia dan hal-hal yang menyelamatkan hamba di akhirat.

Karenanya di antara hikmah diutusnya para nabi adalah menyampaikan wahyu dari Allah yang berisi hal-hal yang menyelamatkan hamba di akhirat.

Seorang muslim meyakini bahwa satu-satunya agama yang benar adalah Islam dan karenanya ia memilih untuk memeluknya, bukan memeluk agama-agama lain. Satu-satunya agama yang benar dan satu-satunya agama samawi adalah Islam (Q.S. Al ‘Imran : 85, Al ‘Imran : 19).

Agama dalam pandangan Islam

Allah mengutus para Nabi dan Rasul seluruhnya untuk membawa Islam dan menyebarkannya dan memerangi, menghapus serta memberantas kekufuran dan syirik.

Ketika Rasulullah menjelaskan makna penamaan dirinya sebagai al Mahi, beliau mengatakan :

وأنا الماحي الذي يمحو الله بي الكفر (رواه البخاري ومسلم والترمذي وغيرهم)

“Aku adalah al Mahi; yang dengan (mengutus)ku Allah menghapus kekufuran”

Sebagian orang beriman, merekalah orang yang berbahagia. Sebagian lainnya tidak beriman, merekalah orang yang celaka dan akan masuk neraka serta kekal di dalamnya selama-lamanya.

Allah menurunkan agama Islam untuk diikuti. Seandainya manusia bebas untuk berbuat kufur dan syirik, bebas untuk berkeyakinan apapun sesuai apa yang ia kehendaki, Allah tidak akan mengutus para Nabi dan para Rasul dan tidak akan menurunkan kitab-kitab-Nya.

Sedangkan firman Allah Q.S Al Kahfi ayat 29:

فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر

“Barangsiapa berkehendak maka berimanlah, dan barang siapa berkehendak maka kafirlah”. Ayat ini maknanya bukan memberi kebebasan untuk memilih antara kufur dan iman (Takhyir), melainkan untuk tujuan ancaman (Tahdid). Karena lanjutan ayat tersebut adalah “Dan Kami menyediakan neraka bagi orang-orang kafir”.

Kemudian firman Allah Q.S. Al Baqoroh ayat 256:

لا إكراه في الدين

Ayat ini bukan larangan untuk memaksa orang kafir masuk Islam, karena ayat ini menurut suatu penafsiran telah dihapus (Mansukhah) oleh ayat as-Sayf. Ayat as-Sayf (Q.S. at-Taubah: 29) adalah ayat yang berisi perintah untuk memerangi orang-orang kafir.

Sementara menurut penafsiran lain, ayat di atas berlaku bagi kafir dzimmi saja.
Bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan; orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir, ini adalah kehendak Allah. Allah berkehendak untuk memenuhi neraka dengan mereka yang kafir, baik dari kalangan Jin maupun manusia (Q.S as-Sajdah: 13).

Namun demikian Allah tidak memerintahkan terhadap kekufuran, dan Allah tidak meridlai kekufuran. Karena itu, dalam agama Allah tidak ada pluralisme agama sebagai suatu ajaran dan ajakan. Juga tidak terdapat apa yang disebut dengan sinkretisme; paham yang menggabungkan “kebenaran” yang ada pada beberapa agama atau semua agama.

Orang yang mengatakan ada agama yang benar selain Islam bukanlah orang muslim dan tidak memahami Islam. Firman Allah ta’ala Qur’an surat Al Kafirun ayat 6:

لكم دينكم ولي دين

Maknanya: “Kalian memiliki agama kalian yang batil (maka kalian harus meninggalkannya), dan bagiku agama yang haqq (yang harus aku pegang dengan teguh)”. (Q.S. Al Kafirun: 6)

Bukanlah pembenaran atau pengakuan terhadap keabsahan agama lain, melainkan penegasan bahwa Islam bertentangan dengan syirik dan tidak mungkin digabungkan atau dicampuradukkan antara keduanya dan bahwa agama yang bathil harus ditinggalkan.
Sedangkan firman Allah Qur’an surat Saba’ ayat 24:

وإنا أو إياكم لعلى هدى أو في ضلال مبين

Maknanya: “…Dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. Saba’: 24)

Tidak berarti meragukan bahwa Islam benar atau tidak, tetapi menyampaikan kemungkinan yang ada; bahwa pasti di antara kita ada yang benar dan ada yang sesat. Orang yang menyembah Allah saja ia berada pada kebenaran, dan orang yang menyembah selain Allah, benda padat atau selainnya adalah jelas orang yang sesat.

Bahkan menurut Abu ‘Ubaidah Aw (أو) pada ayat ini bermakna Wa (و); dan. Gaya bahasa semacam ini disebut dalam ilmu bahasa dengan al-Laff wa an-Nasyr. Jadi yang dimaksud “Kami berada dalam kebenaran dan kalian dalam kesesatan yang nyata”, demikian dijelaskan oleh pakar tafsir Abu Hayyan dalam al Bahr al Muhith.